40 hari wafatnya Mochtar Lubis (Kompas)

Kompas, Jumat, 13 Agustus 2004

Mochtar Lubis Pejuang Kebenaran Tanpa Henti

Jakarta, Kompas - Sosok tokoh pers Mochtar Lubis yang tak henti berjuang demi kebenaran kembali menyeruak dalam ingatan, tatkala rekan dan sahabat almarhum mengungkapkan kenangan mereka dalam acara Mengenang 40 Hari Wafatnya Mochtar Lubis.

Peringatan sederhana yang digelar di Galeri Cipta 3, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (12/8) malam, itu dipenuhi oleh keluarga, sahabat, rekan, dan pengagum almarhum.

Keluarga Mochtar Lubis diwakili oleh putranya, Iwan Lubis, sedangkan sejumlah rekan dan sahabat almarhum yang hadir antara lain pengacara senior Adnan Buyung Nasution, sastrawan Hamsad Rangkuti, Nina Pane, Ramadhan KH, dan Hanna Rambe. Tak ketinggalan mantan Ketua Dewan Pers Indonesia Atmakusumah Astraatmadja.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, dan Lembaga Pers Dr Soetomo itu Adnan Buyung Nasution mengatakan bahwa Mochtar Lubis adalah pejuang sejati, serta sosok yang gigih dan konsekuen dalam memperjuangkan demokrasi, hukum, dan kebebasan pers. Ia juga dikenal sebagai pejuang yang percaya akan keluhuran jiwa dan semangat sehingga gigih memperjuangkan demokrasi.

"Mochtar Lubis tidak lelah memperjuangkan nilai-nilai kebenaran yang berpihak pada rakyat kecil," kata Adnan Buyung.

Sampai menjelang meninggal pun, Mochtar Lubis selalu terobsesi pada tegaknya hukum dan hak asasi manusia di Indonesia. Ayah tiga anak dari istri Siti Halimah Kartawirya itu juga tokoh yang membentuk konstitusionalisme Indonesia, yang mencakup cita- cita dan norma-norma untuk menegakkan negara demokrasi.

"Pantas kiranya jika Mochtar Lubis diberi gelar sebagai konstitusionalis independen sejati," kata Buyung.

Ketua Dewan Kesenian Jakarta Ratna Sarumpaet dalam sambutannya menyampaikan Mochtar Lubis adalah sosok berkarakter. Kondisi Indonesia saat ini yang sangat kehilangan karakter, sulit menemukan kembali sosok seperti dia.

Sementara itu, Atmakusumah yang membacakan biodata Mochtar Lubis menegaskan, Mochtar Lubis pantas memperoleh gelar wartawan jihad, dengan perjuangannya yang tanpa henti. Ditambah lagi peranannya di Indonesia Raya, sebagai surat kabar yang memperjuangkan independensi dan kebebasan pers semakin mengukuhkan Mochtar Lubis sebagai pejuang HAM.

Mochtar Lubis, laki-laki kelahiran Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922, itu wafat di RS Medistra, Jakarta, pada hari Jumat, 2 Juli 2004, pukul 19.15. Ketua Yayasan Obor Indonesia itu dikenal sebagai sosok yang selalu konsisten pada sikapnya, terutama dalam memperjuangkan HAM, hukum, dan kebenaran.

Perjalanan kariernya cukup panjang, seperti menjadi wartawan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara (1945-1952), wartawan harian Merdeka, Pemimpin Redaksi Majalah Mutiara, Pemimpin Redaksi Indonesia Raya, dan Pemimpin Umum Majalah Sastra Horison. Kekonsistenannya antara lain ditunjukkan dengan ketidakgentarannya dalam menulis berita yang mengungkapkan fakta, sampai akhirnya harian Indonesia Raya dibredel.

Mochtar Lubis sudah menghasilkan sejumlah novel, seperti Tak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952), Senja di Jakarta (1970), Catatan Subversif (1981), dan Kuli Kontrak (1982), serta cerita pendek seperti Harimau! Harimau! (1977) dan Si Djamal. (IDR)